Salah satu dari
sifat laut yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al-Qur’an
sebagai berikut :
مر
ج البحر ين يلتقيا ن ﴿۱۹﴾
بينھما برزخ لا يبغيا ن ﴿٢٠﴾
“Dia membiarkan
dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas
yang tidak dapat dilampaui oleh masing-masing”. ﴾Q.S Ar Rahmaan 55:19-20﴿
Fenomena ini
ditemukan di Cenote Angelita, Mexico oleh para ahli penyelam. Disana ada sebuah
gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar),
namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi
air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di sasarnya, lengkap dengan
pohon dan daun daunan.
Sifat lautan
yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah
ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang
dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan
tidak menyatu. Akibatnya ada perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah
lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang
memisahkan mereka. (Davis, Richad A, Jr. 1972, Principles of Oceangraphy, Don
Mills, Ontario, Addison-Welsy Publishing, S. 92-93)
Nah,
Sekarang kami akan membahas tiga karakteristik Cenote ini yang banyak
membingungkan orang, yaitu :
- Mengapa air asin dan air tawar
bisa tidak bercampur?
- Bagaimana bisa ada sungai di
bawah laut?
- Bagaimana pohon bisa hidup di dalam air?
Air asin dan air tawar
Dalam deskripsinya mengenai Cenote Angelita, Anatoly Beloschin, seorang fotografer profesional mengatakan :
“We are 30 meters deep, fresh water, then 60 meters deep – salty water and under me I see a river, island and fallen leaves.."
"Di kedalaman 30 meter, air tawar, lalu pada kedalaman 60 meter, air asin, dan dibawah saya melihat sebuah sungai, pulau dan daun-daun yang jatuh."
Dalam deskripsinya mengenai Cenote Angelita, Anatoly Beloschin, seorang fotografer profesional mengatakan :
“We are 30 meters deep, fresh water, then 60 meters deep – salty water and under me I see a river, island and fallen leaves.."
"Di kedalaman 30 meter, air tawar, lalu pada kedalaman 60 meter, air asin, dan dibawah saya melihat sebuah sungai, pulau dan daun-daun yang jatuh."
Dari deskripsi ini, kita bisa menyimpulkan kalau air tawar berada di atas air
asin. Bagaimana mungkin air asin dan air tawar tidak bercampur?
Jawabannya adalah karena sebuah fenomena yang disebut Halocline.
Halocline adalah sebuah zona vertikal di dalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman. Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga Zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar.
Air asin memiliki kepadatan yang lebih besar dibandingkan air tawar. Ini membuat ia memiliki berat jenis yang juga lebih besar. Karena itu wajar kalau air tawar berada di atas air asin. Ketika kedua jenis air ini bertemu, ia akan membuat lapisan halocline yang berfungsi menjadi pemisah antara keduanya. Peristiwa ini tidak terjadi di semua pantai atau bagian di laut, namun cukup umum terjadi di gua-gua air yang terhubung ke laut seperti Cenote.
Perbatasan antara air asin dan air tawar (Halocline) pada Cenote Angelita berada pada kedalaman sekitar 33 meter. Dalam kasus Cenote ini, air tawar di permukaan berasal dari air hujan.
Jika ingin lebih jelas, kalian bisa membuat halocline sendiri di rumah. Caranya, masukkan air asin ke dalam sebuah gelas hingga setengah gelas terisi. Lalu, taruh spon di atas air. Setelah itu, tuangkan air tawar perlahan-lahan ke dalam gelas. Maka lapisan halocline akan tercipta sehingga air tawar yang masuk tidak bercampur dengan air asin yang dibawahnya.
Fenomena air tawar yang terpisah dengan air asin sebenarnya bukan hal yang baru. 2.000 tahun yang lalu, seorang ahli geografi Roma bernama Strabo pernah menulis mengenai para penduduk Latakia, barat Siria, yang mengayuh perahunya sekitar 4 kilometer menjauhi pantai lalu menyelam dengan membawa kantung air dari kulit kambing dan mengambil air segar dari dalamnya untuk persediaan air minum bagi kota mereka. Mereka tahu persis tempat dimana air tawar berkumpul di laut. Hari ini, para penyelam juga bisa melakukan hal yang sama di banyak pantai di dunia.
Jawabannya adalah karena sebuah fenomena yang disebut Halocline.
Halocline adalah sebuah zona vertikal di dalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman. Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga Zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar.
Air asin memiliki kepadatan yang lebih besar dibandingkan air tawar. Ini membuat ia memiliki berat jenis yang juga lebih besar. Karena itu wajar kalau air tawar berada di atas air asin. Ketika kedua jenis air ini bertemu, ia akan membuat lapisan halocline yang berfungsi menjadi pemisah antara keduanya. Peristiwa ini tidak terjadi di semua pantai atau bagian di laut, namun cukup umum terjadi di gua-gua air yang terhubung ke laut seperti Cenote.
Perbatasan antara air asin dan air tawar (Halocline) pada Cenote Angelita berada pada kedalaman sekitar 33 meter. Dalam kasus Cenote ini, air tawar di permukaan berasal dari air hujan.
Jika ingin lebih jelas, kalian bisa membuat halocline sendiri di rumah. Caranya, masukkan air asin ke dalam sebuah gelas hingga setengah gelas terisi. Lalu, taruh spon di atas air. Setelah itu, tuangkan air tawar perlahan-lahan ke dalam gelas. Maka lapisan halocline akan tercipta sehingga air tawar yang masuk tidak bercampur dengan air asin yang dibawahnya.
Fenomena air tawar yang terpisah dengan air asin sebenarnya bukan hal yang baru. 2.000 tahun yang lalu, seorang ahli geografi Roma bernama Strabo pernah menulis mengenai para penduduk Latakia, barat Siria, yang mengayuh perahunya sekitar 4 kilometer menjauhi pantai lalu menyelam dengan membawa kantung air dari kulit kambing dan mengambil air segar dari dalamnya untuk persediaan air minum bagi kota mereka. Mereka tahu persis tempat dimana air tawar berkumpul di laut. Hari ini, para penyelam juga bisa melakukan hal yang sama di banyak pantai di dunia.
Sisi menarik
dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan
apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini
dinuatkan dalam Al-Qur’an dalam surah ke-55 yaitu Ar Rahmaan ayat 19-20.
Sebenarnya bukan hanya dalam surah Ar Rahman saja, melainkan dalam surah
Al-Furqan Allah menyebutkan bahwa :
“Dia membiarkan
dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas
yang tidak dapat dilampaui oleh masing-masing”. ﴾Q.S Ar Rahmaan 55:19-20﴿
Hal ini justru
diperjelas dalam ayat lainnya yaitu sebagai berikut :
ٯ
ھٯ الذ ى مر ج البحر ين ھذا عذب فرا ت و ھذا ملح أجا ج و جعل بينهما برزخا و حجرا
محجورا ﴿٥٣﴾
“Dan Dialah yang
membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar
dan yang lain masin lagi pahit ; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi.” ﴾Q.S
Al Furqan 25:53﴿
Sungai di bawah laut
Dalam foto yang bisa kita lihat, Cenote Angelita sepertinya memiliki sungai di dasarnya. Jika benar, tentu saja akan sangat membingungkan
Dalam foto yang bisa kita lihat, Cenote Angelita sepertinya memiliki sungai di dasarnya. Jika benar, tentu saja akan sangat membingungkan
Namun sebenarnya sungai tersebut hanyalah sebuah
ilusi. Deskripsi yang paling tepat untuk menyebutnya, bukan sungai,
melainkan kabut/awan, karena lapisan yang terlihat seperti sungai itu adalah
lapisan Hidrogen Sulfida. Lapisan ini membentuk kabut/awan tebal yang
membuat ilusi sungai.
Tidak banyak
yang bisa menyelam sampai kedalaman ini karena lapisan ini terdapat di dasar
Cenote Angelita, yaitu di kedalaman sekitar 60 meter.
Lapisan
Hidrogen Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon atau organisme yang membusuk
di dasar Cenote. Karena itu lapisan ini memiliki bau yang tidak enak,
seperti telur busuk (Mungkin sebagian dari kalian juga tahu kalau kita juga
mengeluarkan gas ini ketika kita buang angin). Selain karena aktifitas bakteri
pembusukan, gas ini juga bisa dihasilkan oleh aktifitas gunung berapi. Dalam
kadar yang tinggi, gas ini berbahaya bagi manusia karena bisa mengganggu
beberapa sistem dalam tubuh manusia.
Pohon di bawah laut
Saya banyak
mendapat pertanyaan ini dan memang Ini adalah sebuah pertanyaan yang menarik.
Dari foto di atas, kita bisa melihat kalau pohon di dasar Cenote Angelita mirip
dengan pohon yang ada di darat. Kita tahu kalau pohon membutuhkan sinar
matahari untuk fotosintesis. Jadi bagaimana mereka bisa hidup di dasar air yang
gelap dan dalam?
Jawabannya atas pertanyaan ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu: Tidak ada pohon yang hidup di dasar Cenote!
Jawabannya atas pertanyaan ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu: Tidak ada pohon yang hidup di dasar Cenote!
Kebanyakan
dari kita salah menginterpretasikan kalimat Anatoly Beloschin. Anatoly
mengatakan :
“We are 30 meters deep, fresh water, then 60 meters deep – salty water and under me I see a river, island and fallen leaves…"
“We are 30 meters deep, fresh water, then 60 meters deep – salty water and under me I see a river, island and fallen leaves…"
"Di
kedalaman 30 meter, air tawar, lalu pada kedalaman 60 meter, air asin, dan
dibawah saya melihat sebuah sungai, pulau dan daun-daun yang jatuh."
Ini jelas
terlihat dari foto-foto yang diambilnya kalau batang-batang pohon itu adalah
pohon-pohon yang mati dan daun yang dimaksud adalah daun yang berserakan di
dasar Cenote. Anatoly tidak pernah mengatakan melihat pohon hidup di dasar
Cenote.
Saya juga
tidak bisa menemukan satu sumber pun yang mengatakan ada pohon hidup di dalam
Cenote Angelita. Lagipula, jika memang ada pohon yang hidup, mengapa Anatoly
tidak mengambil fotonya?
Lalu
pertanyaannya, darimana asalnya batang pohon dan daun-daunan tersebut?
Jawabannya
adalah karena Cenote ini terletak di tengah Hutan. Tentu wajar kalau ada batang
pohon dan dedaunan yang jatuh ke dalam dasar Cenote.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar