Minggu, 13 Juli 2014

Upaya Peningkatan Daya Saing Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 Melalui Pengembangan Kewirausahaan



Suatu negara pasti melakukan suatu pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan negaranya terutama pada negara yang masih berkembang, atas dasar penyebaran pembangunan dengan melalui tahapan yakni; demonstation effect, compression effect, dan fussion effect. Demonstation effect merupakan suatu negara (masyarakat) yang meniru negara/masyarakat yg lebih maju dan menjadikan negara maju sebagai model masyarakat yg ingin dicapai atau dicita-citakan. Compression effect merupakan keinginan mewujudkan kondisi masyarakat yg dijadikan model dalam waktu yg secepat-cepatnya. Sedangkan fussion effect merupakan pewujudkan masyarakat yg diidamkan, negara (berkembang) melakukan penggabungan dari berbagai unsur atau pengalaman pembangunan negara maju. Penggabungan bisa pada aspek fisik, gagasan, prinsip. Contoh: efisiensi (kapitalis) digabung dengan kesejahteraan (sosialis)[1]. Ini kemudian negara-negara di kawasan Asia Tenggara membentuk suatu integritas dalam melakukan suatu pembangunan khususnya di bidang ekonomi yakni dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) yang akan diterapkan pada tahun 2015 mendatang. AEC ini merupakan cerminan dari pembentukan Uni Eropa dimana Uni Eropa dijadikan sebagai model pembangunan bagi negara-negara ASEAN.

Pembentukan ASEAN Economic Community ini diharapkan akan menjadi dasar bagi perdagangan barang, jasa, investasi, teknologi, dan sumber daya manusia antarnegara ASEAN[2]. Kemudian kerjasama ini diharapkan mampu mengatasi perbedaan setiap negara dengan membawa pertumbuhan ekonomi ASEAN ke arah yang lebih baik. Dalam kacamata neoliberal institusional, kerjasama ini terbentuk karena dua hal yakni mutual interest dan instutusional degree. Adanya kesamaan kepentingan diantara negara-negara di Asia Tenggara ini dalam pengembangan ekonomi membuat suatu kerjasama ini menjadi sebuah pembangunan yang didukung dengan rasa kepercayaan (trust) dan melalui institusi inilah ASEAN dengan ASEAN Economic Community-nya mencoba bersama-sama meningkatkan kualitas ekonomi diantara negara-negara Asia Tenggara.

Dalam perkembangannya, pelaksanaan kerjasama ekonomi ASEAN berjalan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik, keamanan dan sosial budaya, sehingga mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN. Integrasi ekonomi merupakan langkah penting bagi pencapaian ASEAN Economic Community yang berdaya saing dan berperan aktif dalam ekonomi global, sedangkan momentum menuju terwujudnya AEC 2015 tentunya tidak terlepas dari peranan ASEAN sebagai organisasi regional sebagai “kendaraan” untuk mencapai tujuan tersebut.

Sebuah wacana pembentukan ASEAN Economic Community ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk kemudian meningkatkan pembangunan perekonomiannya. Namun, butuh adanya peningkatan daya saing Indonesia sendiri salah satunya dengan melalui peningkatan dibidang kewirausahaan, mengingat fenomena pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang sulit untuk dipecahkan. Lowongan pekerjaan yang tersediapun belum cukup untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Berikut merupakan tabel tingkat pengangguran di negara-negara ASEAN[3] :

Tingkat Pengangguran Negara-Negara ASEAN
No
Negara
Tingkat Pengangguran (%)
2005/2008
1
Indonesia
8,4
2
Filipina
7,4
3
Myanmar
4,0
4
Brunei Darussalam
3,7
5
Malaysia
3,6
6
Thailand
3,2
7
Singapura
2,2
8
Laos
1,3
9
Vietnam
1,3
10
Kamboja
0,8

*Data untuk Berunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, tahun 2008. Sementara untuk Kamboja, Laos, dan Myanmar, tahun 2005.
Sumber : ASEAN Finance and Macro-economic Surveillance Unit Database.

Kondisi seperti ini akan sulit bagi tenaga kerja Indonesia untuk dapat bersaing dalam integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 mengingat masih didominasi oleh kualitas, daya saing dan produktivitas yang rendah serta tingkat pengangguran yang tinggi dalam konteks penciptaan pasar tunggal dan basis produksi akan memfasilitasi tenaga kerja yang terampil (skill labor) bukan tenaga kerja yang tidak terampil (unskilled labor). Namun, kondisi ini masih bisa dirubah dengan terus mengupayakan peningkatan daya saing Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community salah satunya melalui pengembangan kewirausahaan. Karena kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah yang tidak bisa menyediakan lapangan pekerjaan, mengapa kemudian kita tidak menjadi wirausahawan? Penulis beranggapan bahwa masyarakat Indonesia, pemuda khususnya memiliki kreativitas dan pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah bahkan universitas, masyarakat Indonesia harus memiliki mental yang kuat sebagai pengusaha daripada hanya berburu mencari pekerjaan bersama jutaan pengangguran yang juga mencari pekerjaan. Mari memulai Indonesia menjadi negara yang kreatif bukanlah menjadi negara pekerja.

Kekuatan Pengusaha Muda Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Tantangan global yang akan dihadapi oleh Indonesia adalah kompetisi perdagangan bebas ASEAN Economic Community (AEC). Dibawah Masyarakat Ekonomi ASEAN, pembentukan pasar tunggal regional negara-negara ASEAN akan berlangsung pada tahun 2015. Tujuan integrasi regional ini adalah untuk menciptakan pasar yang kompetitif di negara-negara ASEAN. Lebih dari 600 juta orang Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam akan ada perdagangan bebas, barang, jasa, modal investasi, dan tenaga kerja terampil mengikuti arus liberalisasi.

ASEAN dan Indonesia khususnya membutuhkan lebih dari dua hal yakni solidaritas dan keterlibatan pemuda. Ini merupakan suatu hal yang ambisius, dan tahun 2015 adalah kurang dari satu tahun lagi. Untuk mengatasi hal itu, produk dalam negeri harus ditingkatkan dengan inovasi yang mampu menambah nilai dalam menciptakan bisnis dan memberikan lowongan pekerjaan. Untuk itu, kreativitas pemuda dan inovasi merupakan peranan penting untuk memperkuat daya saing produk dalam negeri dalam perdagangan bebas. Indonesia memiliki sekitar hampir 250 juta orang, kisaran pemuda Indonesia adalah lebih dari 60 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Ini merupakan suatu kesempatan bagi Indonesia karena memiliki jumlah sumber daya manusia yang besar, terutama yang produktif.

Masalah utama saat ini ialah masih kurangnya pengusaha Indonesia, jumlah pengusaha sukses yang mampu mendorong perekonomian di Indonesia saat ini hanya 3,74 juta orang (1,56%) dari 240 juta penduduk Indonesia pada tahun 2012. Pemuda harus menjadi pencipta aktif dan investor dalam produk dan jasa sebagai pengusaha. Inovasi pemuda selalu menjadi rumusan, jadi mari kita tetap berpegang pada itu. Pengusaha muda perlu memiliki pola pikir internasional, yang memberikan mereka kemampuan untuk membuat lintas batas investasi.

Penduduk Indonesia menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan. Bayangkan jika 10 - 40 % penduduk ASEAN, khususnya penduduk Indonesia, menjadi produsen, mendirikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) atau menjadi pengusaha dan melakukan ekspor ke 9 negara ASEAN lain (dengan adanya pajak penghasilan, sewa, dan lain-lain yang masuk ke kantong negara) kira-kira pendapatan nasional Indonesia seperti apa? Akan menjadi luar biasa. Maka sudah sepatutnya kita menjadi pemuda calon pemimpin negara ini karena mampu memiliki visi untuk menggerakkan perekonomian dan meningkatkan pendapatan nasional Indonesia. Lantas apa yang dapat dilakukan jika memang saat ini belum mampu menjadi pengusaha? Jawabannya adalah kesediaan untuk memulai dari diri sendiri : (a) Persiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang ada, (b) Kurangi konsumerisme barang-barang impor. (c) Bangga terhadap produk dalam negeri, kalau memang memiliki uang untuk dibelanjakan, belilah produk-produk Indonesia, sehingga uang kita bisa masuk ke kantong negara, dan (d) Perluaslah komunikasi dan networking.

Peluang Indonesia Menjadi Negara Semi Pherypheri Melalui Pengembangan  Kewirausaan Dalam ASEAN Economic Community 2015

Wacana pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 merupakan suatu peluang/kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi “macan ASEAN” atau merubah keadaan Indonesia dari negara pherypheri menjadi negara semi-pherypheri atau bahkan menjadi negara core. Hal ini bisa dilihat melalui kacamata teori sistem dunia (World System Theory).

Tokoh dari World System Theory ialah Immanuel Wallestein, Wallerstein melihat bahwa pengorganisasian kapitalisme sebagai struktur ekonomi yang semakin solid, menjadi sistem dunia (world system). Wallersetein membayangkan sistem dunia sebagai sistem ekonomi global yang memberi kemungkinan sirkulasi aktor dan pusat pertumbuhan ekonomi.   

World Sytem Theory (WST) ini merupakan kritikan terhadap teori Dependencia yang menyatakan bahwa negara akan selamanya menjadi negara pherypheri atau tetap menjadi negara core. Namun berbeda dengan WST dimana teori ini menyatakan bahwa adanya konsep kenaikan kelas. Negara pinggiran atau pheryperi, jika berhasil terlibat dalam pembagian kerja, akan mengalami kenaikkan kelas menjadi negara semi-pheriperi, dan bukan tidak mungkin akan menjad negara center atau pusat (core). Seperti yang sedang berlangsung saat ini dalam pembangunan kapitalis di negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan dan China dimana integrasi dengan rejim pasar global tidak selalu harus berakhir dengan eksploitasi, dominasi dan juga dependensi negara pasca-kolonial atas negara maju. Menurut Immanuel Wallestein dinamika sistim dunia, yakni kapitalisme global, selalu memberikan peluang-peluang bagi negara pinggrir untuk bisa memperbaiki diri/naik kelas/turun kelas[4].

Sebagai kunci dari dua positioning AEC 2015, melalui pengembangan kewirausahaan pengusaha muda dan pengusaha pemula harus meningkatkan daya saing, kemampuan, dan strategi bisnisnya. Selain itu, pemerintah juga diharapkan mampu untuk menjaga stabilitas perekonomian dan politik di tengah hingar bingar politik[5].

Para pengusaha ini nantinya harus meningkatkan hasil produksinya untuk kemudian di ekspor. Indonesia sudah mencatat sepuluh komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia maupun ke intra-ASEAN selama 5 tahun terakhir (2004 -2008) dan sepuluh komoditi ekspor yang potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi ekspor ke dunia adalah minyak kelapa sawit, tekstil dan produk tekstil, elektronik, produk hasil hutan, karet dan produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang dan kopi[6]. Sedangkan komoditi ekspor ke intra-ASEAN adalah minyak petroleum mentah, timah, refinne copper, batubara, karet, biji kakao dan emas. Disamping itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya peluang untuk ditingkatkan nilai ekspornya ke dunia adalah peralatan. kantor, rempah-rempah, perhiasan, kerajinan, ikan dan produk perikanan, minyak atsiri, makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis serta kulit dan produk kulit[7]. Namun begitu, Indonesia harus teliti dalam mengidentifikasi tujuan pasar yang sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan.

Melalui pemanfaatan ini, dengan mengembangkan jumlah produk yang dihasilkan oleh para pengusaha dengan melihat komoditi yang potensial, hal ini mampu mendobrak daya saing produk Indonesia dengan produk dari negara-negara lain yang membuat Indonesia menjadi negara dengan perekonomian yang besar di kawasan Asia Tenggara dan mampu berubah keadaan Indonesia  dari negara pinggiran ke negara semi-pinggiran.

Hal ini didukung dengan para pengusaha Indonesia karena Himpunan Pengusaha Mida Indonesia (HIPMI) akan terus mengingatkan peluang dan hambatan bagi Indonesia saat pemberlakuan AEC 2015. Salah satunya adalah dengan menginisiasi dan mendorong lahirnya Peraturan Presiden (PP) tentang Peningkatan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Pengusaha Muda.

Pemerintah juga hendaknya melakukan langkah-langkah strategis untuk menolong para pengusaha muda dalam negeri dengan melakukan sosialisasi besar-besaran, memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), menyediakan modal, memperbaiki infrastruktur, reformasi kelembagaan dan pemerintah serta reformasi iklim investasi. Pemodalan ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha. Oleh karenanya, dibutuhkan lembaga pemodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala. Terutama pelaku UMKM yang seringkali kesulitan dalam penambahan modal.

Melihat kondisi seperti ini, dalam kacamata Sistem Dunia ini maka merupakan suatu peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian Indonesia serta memanfaatkannnya untuk menguasai pasar di Asia Tenggara yang mampu merubah Indonesia menjadi negara semi pheryperi. Karena memang dalam sistem dunia ini merebut kesempatan adalah salah satu perubahan kenaikan kelas pada suatu negara, maka dari itu melalui ASEAN Economic Community ini Indonesia berusaha merebut kesempatan ini dengan meningkatkan daya saing dan upaya peningkatan daya saing ini salah satunya melalui pengembangan kewirausahaan.

Kesimpulan

Atas kebutuhan suatu negara dalam melakukan pembangunan negaranya serta atas penyebaran pembangunan dengan melalui tahapan yakni; demonstation effect, compression effect, dan fussion effect negara kemudian mencoba untuk menerapkan apa yang telah negara maju lakukan dan menjadikan negara maju sebagai model dalam menjadikan keinginan yang dicita-citakan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Bentuk dari penyebaran pembangunan ini adalah dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) yang mana Uni Eropa sebagi model dalam melakukan pembangunan ini.

Wacana pembentukan ASEAN Economic Community ini merupakan suatu peluang yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia dalam meningkatkan perekonomiannya serta meningkatkan daya saing Indonesia dalam menghadapi AEC 2015 mendatang. Penulis mencoba memberi saran dalam upaya peningkatan daya saing Indonesia melalui pengembangan kewirausahaan. Salah satu strateginya adalah peningkatan usaha pada generasi pemuda, dimana pemuda sendiri berada pada 60% dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan peningkatan para usahawan muda ini yang menghasilkan produk yang kreatif dan inovatif yang mampu bersaing dengan produk negara-negara ASEAN lainnya. Namun peran pemerintah dalam pengembangan kewirausahaan ini sangat di perlukan, yang mana pemerintah harus melakukan sosialisasi besar-besaran, memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), menyediakan modal, memperbaiki infrastruktur, reformasi kelembagaan dan pemerintah serta reformasi iklim investasi.

Dengan strategi pengembangan kewirausahaannya, Indonesia mampu menjadi negara dengan perekonomian tertinggi di ASEAN yang menjadikan Indonesia sebagai “macan ASEAN”. Kondisi seperti ini memungkinkan untuk Indonesia menjadi negara yang lebih maju dan merubah keadaan dari negara phryperi menjadi negara semi pheryperi. Hal ini bisa digunakan dalam kacamata teori sistem dunia yang menyatakan bahwa adanya suatu kosepsi kenaikan kelas dari negara pinggiran ke negara semi pinggiran atau bahkan negara pusat. Tentunya dari perubahan Indonesia ke kelas yang lebih tinggi memerlukan usaha yang mana merebut kesempatan/peluang yang ada. Melalui ASEAN Economy Community ini dengan program pengembangan kewirausahaan Indonesia akan meningkatkan daya saing tersendiri yang mampu merubah keadaan Indonesia dari negara pheryperi ke negara semi pheryperi atau bahkan menjadi negara core.


[1] Ade Marup, “ Materi Kuliah Teori Pembangunan”, dalam PPT Kuliah Pembuka, slide 19-23
[2] Bambang Cipto, “ASEAN Economic Community”, dalam  Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Tropong Terhadap Dinamika, Realitas, Dan Masa Depan”, hal 247
[3] Dodi Mantra, “ Hegemoni dan Diskursus Neoliberalisme “, Menelusuri Langkah Indonesia Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, hal 148
[4] Ade Marup, “ Materi Kuliah Teori Pembangunan “, dalam PPT Teori Sistem Dunia, Slide 16
[5] http://beritadaerah.com/2014/02/19/pengusaha-muda-indonesia-diuji-dalam-aec-2015/
[6] http://www.tempo.co/read/news/2014/01/20/090546437/Perdagangan-Tetap-Andalkan-10-Komoditas-Utama-Ini
[7] Dian Wahyudin, “ Jurnal, dalam Peluang Atau Tantangan Indonesia Menuju ASEAN Economic Community 2015 ”, hal 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar