A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Suatu negara
memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang masih bergantung
pada negara lain, ada yang sebatas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan ada
yang telah mampu memberi bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi tersebut
menyebabkan terjadinya pengelompokan-pengelompokan negara berdasarkan kondisi
sosial ekonominya.
Suatu negara
dapat disebut negara berkembang atau negara maju didasarkan pada keberhasilan
pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Suatu negara digolongkan sebagai
negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan
yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan
yang telah dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika
negara tersebut telah mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah
dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud,
baik yang bersifat fisik ataupun nonfisik.
Seperti
yang telah diketahui bahwa negara-negara, seperti Inggris, Amerika Serikat,
Prancis ataupun Jerman disebut sebagai negara maju. Kemajuan negara-negara
tersebut dapat dilihat dari banyaknya kota-kota metropolitan yang dicirikan
dengan kondisi fisik berupa banyaknya bangunan atau gedung-gedung tinggi
sebagai kawasan industri dan perkantoran. Hal tersebut dikarenakan mayoritas
negara maju perekonomiannya bertumpu pada sektor industri, jasa dan
perdagangan. Adapun negara-negara seperti Afrika Selatan, India, Pakistan,
Laos, Malaysia, dan termasuk negara Indonesia disebut negara berkembang. Negara
berkembang pada umumnya bercorak agraris, karena masih banyak ditemui lahan
pertanian yang luas dan subur.
B.
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok
masalah dalam penelitian ini adalah :
Apa
penyebab ketergantungan Indonesia pada negara maju?
C.
TINJAUAN LITERATUR
Berikut saya tulis literatur riview yang ditulis dalam sebuah buku
yang diterbitkan oleh LP3ES (1990) 240-248. Tulisan ini merupakan buku yang
ditulis oleh Mohtar Mas’oed berjudul “ Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin
dan Metodologi)”.
Teori dependencia bisa diringkas
sebagai berikut :
Penestrasi asing dan ketergantungan
ekternal yang menyebabkan timbulnya distorsi besar-besaran dalam struktural
ekonomi “pinggriran” (periphery), yang pada gilirannya menimbulkan konflik
sosial yang gawat dan akhirnya moendorong timbulnya penindasan negara terhadap
rakyat dimasyarakat yang tergantung itu. Hampir semua negara dunia ketiga
sekarang mengalami penestresi mendalam oleh dan sangat tergantung pada,
negara-negara industri maju (atau negara-negara “pusat”) dan terutama ekonomi
dunia, penestrasi itu bisa melalui berbagai cara, ekonomi, politik dan kultur,
dan pada berbagai periode perkembangan suatu negara.
Teoritisi
dependencia menginterprestasikan fenomena pembangunan yang mengalami distorsi
itu secara khas, Pertama, mereka membandingkan pola perkembangan ini
dengan suatu model ekonomi yang tumbuh lambat tetapi merata, berimbang,
terintegrasi dan homogen. (Sebenarnya, banyak dari distorsi ekonomi yang
sekarang terjadi di negara-negara pinggiran juga dialami Eropa abad ke-19). Kedua,
merekaberpendapat bahwa distorsi dalam perkembangan negara-negara pinggiran
itu adalah akibat dari ketergantungan dan penetrasi yang telah disampaikan
diatas. Dan memang ada bukti yang menunjukan korelasi positif antara penetrasi
asing dengan distorsi perkembangan negara pinggiran itu. Ketiga, ada
yang paling penting bagi pengkaji politik internasional, teoritisi dependencia
itu mengaitkan penetrasi dan distorsi ekonomi itu dengan distorsi-distorsi lain
dalam sistem sosial dan politik negara pinggiran.
Demikianlah teoritisasi dependencia
menjelaskan timbulnya kemiskinan, ketimpangan, konflik dan represi politik
dinegara-negara dunia ketiga dengan mengkaitkannya dengan variabel eksternal,
yaitu penetrasi asing.
Adapun literatur riview yang ditulis
dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, Cetakan II (2009)
260-262. Tulisan ini merupakan buku yang ditulis oleh Robert Jackson dan Georg
Sorensen berjudul Penghantar Studi Hubungan Internasional.
Teori
Ketergantungan tentang keterbelakangan
Teori
Ketergantungan membentuk pembangunan negara berkembang/pinggiran (pheriphery)
atau dunia ketiga. Keterbelakangan
disebabkan oleh faktor eksternal negara-negara miskin. Negara-negara berkembeng
atau dunia ketiga didominasi oleh keuntungan asing yang berasal dari
negara-negara maju barat.
keterbelakangan
bukan fase “ masyarakat tradisional” yang dialami oleh semua negara. baik
pembangunan maupun keterbelakangan adalah hasil dari proses tunggal pembangunan
kapitalis global.
Keterbelakangan
disebabkan oleh kekuatan eksternal, khususnya ekonomi; kekuatan ini dihasilkan
dalam struktur sosial yang timpang dan berubah didalam negara-negara Dunia
Ketiga. Untuk
menanggulangi keterbelakangan, pemutusan hubungan dari dominasi eksternal
diperlukan.
A.
KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teori :
1. Teori Dependensia
Salah satu asumsi dasar yang di
kemukakan Andre Gunder Frank dalam teori dependensia adalah adanya interaksi
Negara metropolis (Core) akan berkembang cepat sedangkan Negara satelit
(Pheryphery) akan semakin terbelakang. Negara-negara pinggiran atau satelit ini
dijadikan daerah koloni dari negara-negara kapitalis yang berfungsi sebagai
penyedia raw material bagi kebutuhan industrinya. Dan akhirnya
negara-negara pinggiran ini akan menjadi konsumen bagi produk-produk industri
negara-negara kapitalis. Dan inilah yang menimbulkan struktur ketergantungan
yang merupakan penghambat utama dalam perkembangan pembangunan ekonomi di
negara negara pinggiran.
Pada dasarnya, pendekatan ini juga
masih mengacu pada ketergantungan negara berkembang atas negara maju. Namun
pendekatan dependency ini menilai bahwa ketergantungan ini terjadi
akibat negara berkembang yang kurang mampu untuk bersaing dengan negara maju.
Sistem kapitalisme dan eksploitasi menjadi salah satu penyebab ketergantungan
ini masih terus berlangsung. Kemudian yang terjadi selanjutnya ketergantungan
terhadap negara maju ini menyebabkan negara berkembang kehilangan kontrol
terhadap perekonomian dalam negerinya sendiri. Sehingga diperlukan sebuah
solusi sosialis serta revolusi nasionalis untuk menghindari dampak yang lebih
buruk dari ketergantungan ini. Namun, Gilpin menilai bahwa
pendekatan dependency ini tidak dapat dijadikan acuan utama. Sebab,
pendekatan ini hanya melihat dari sisi negara berkembang saja tanpa melihat dan
membandingkan dari sisi negara maju.
Teori dependensia sesuai dengan
namanya berusaha menjelaskan tentang ketergantungan. Dalam hubungan
ketergantungan tersebut ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak dominan dan
pihak bergantung (dependen). Frank mengelompokkan negara-negara didunia ini
atas dua kelompok yaitu negara metroplis maju dan negara-negara satelit yang
terbelakang. Hubungan ketergantungan seperti ini disebut Frank sebagai
Metropolis-satelite relationsip. Sementara fokus hubungan ketergantungan dalam
model Frank adalah bangsa-bangsa dan hubungan antar bangsa-bangsa, ruang
lingkup teorinya adalah sistem kapitalis dunia. Dalam model yang dikembangkan
Frank, tiap titik dalam rantai metropolis-satelit, struktur rantai menciptakan
kepentingan objektif tertentu, dan yang paling penting adalah kepentingan dalam
mengontrol hubungan monopoli pada tiap titik di rantai hubungan tersebut demi
memperoleh manfaat dari extractive power yang ada pada posisi tersebut. Menurut
Frank keterbelakangan dinegara-negara satelit hanya bisa dipahami dengan
mengetahui kondisi awal, khuluk dan perkembangan dari kapitalisme.
Menuruf Andre Gunder Frank hubungan
ketergantungan, dan hubungan metroplis- satelit dalam suatu sistem kapitalisme
dunia, dicirikan oleh sifat monopolistik dan ekstraktif. Metropolis memiliki
kontrol monopolistik atas hubungan ekonomi dan perdagangan di negara-negara
satelit. Dominasi monopolistik dalam suatu pasar jelas merupakan sebuah posisi
kekuasaan.
Posisi
kekuasaan ini memungkinkan negara-negara metropolis mengeruk surplus ekonomi
dari negara-negara satelit. Sebagai dampak dari dominasi metropolis tersebut,
negara-negara satelit tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol pertumbuhan
ekonomi sendiri, melainkan tetap tergantung pada metropolis. Menurut Frank,
hubungan monopolistik dan ekstraktif pada awalnya dibentuk melaui kekuatan
senjata, dan setelah itu dilanjutkan melalui struktur ketergantungan dan
keterbelakangan.
Sehubungan dengan pola hubungan
antara negara –negara metropolis maju dan negara-negara satelit yang
terbelakang, Andre Gunder Frank membuat hipotesis :
a Dalam stuktur hubungan antara negara-negara metropolis maju dengan
negara-negara satelit yang terbelakang, pihak metropolis akan berkembang dengan
pesat sedangkan pihak satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan.
b. Negara-negara miskin yang sekarang menjadi negara satelit,
perekonomiannya dapat berkembang dan mampu mengembangkan industri yang otonom
bila tidak terkait dengan metropolis dari kapitalis dunia, atau kaitannya
sangat lemah.
c. Kawasan-kawasan yang sekarang sangat terbelakang dan berada dalam
situasi yang mirip dengan situasi dalam sistem feodal adalah kawasan-kawasan
yang pada masa lalu memiliki kaitan yang kuat dengan metropolis dari sistem
kapitalis internasional. Kawasan-Kawasan ini adalah kawasan penghasil ekspor
bahan mentah primer yang terlantar akibat adanya hubungan perdagangan
internasional.
Adanya hubungan ketergantungan yang
sifatnya asimetris ditunjukkan oleh hubungan antara pihak-pihak yang tidak
seimbang, disebabkan karena pembangunan-pembangunan daerah satelit tergantung
pada pembangunan metropolis. hubungan yang timpang dan tidak seimbang ini juga
disebabkan karena negara-negara metropolis memiliki kekuasaan atas jalannya
pembangunan di daerah-daerah satelit dan bukan sebaliknya. Kunci hubungan
ketergantungan dengan demikian adalah Kontrol. Tegasnya metropolis memiliki
kekuasaan lebih besar karena dapat megontrol hubungan dengan satelit.
Bagi Andre Gunder frank hubungan
ketergantungan adalah hubungan eksploitatif dimana negara-negara metropolis
menghisap negara-negara satelit. Akibatnya metropolis akan semakin maju
sedangkan negara-negara satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan
tertinggal dan tidak berkembang. Frank pernah menyampaikan pendapatnya bahwa alasan
dari kegagalan negara pinggiran untuk maju seiring dengan negara sentral.
kegagalan ini disebabkan oleh adanya eksploitasi dan sistem ekonomi kapitalisme
yang dilakukan oleh negara sentral. Santos mengamsusikan bahwa bentuk dasar
ekonomi dunia memiliki aturanaturan perkembangannya sendiri, tipe hubungan
ekonomi yang dominan di negara sentral adalah kapitalisme sehingga menyebabkan
timbulnya usaha melakukan ekspansi keluar dan tipe hubungan ekonomi pada negara
pinggiran merupakan bentuk ketergantungan yang dihasilkan oleh ekspansi
kapitalisme oleh negara sentral.
Teori dependensi menjelaskan
bagaimana timbulnya kapitalisme yang dapat menguasai sistem ekonomi dunia.
Keterbatasan sumber daya alam pada negara maju mendorong mereka untuk melakukan
ekspansi besar-besaran pada negara miskin. Pola yang dilakukan memberikan
dampak negatif berupa adanya ketergantungan yang dialami oleh negara miskin.
Negara miskin akan selalu menjadi negara yang terbelakang dalam pembangunan
karena tidak dapat mandiri serta selalu tergantung dengan negara maju.
Konsep
underdevelopment yang dikemukakan oleh Andre Gunder Frank merujuk kepada
satu situasi yang secara fundamental berbeda dari undevelopment. Undevelopment
merujuk kepada keadaan yang mana sumber (di suantu negara) tidak digunakan.
Sebagai contoh, penjajah Eropa melihat benua Amerika Utara sebagai kawasan yang
tidak maju karena tanahnya tidak digunakan dalam skala yang konsisten dengan
potensinya.
Adapun underdevelopment merujuk
kepada situasi yang mana sumber-sumber secara aktif digunakan, tetapi digunakan
melalui cara yang hanya menguntungkan negara-negara dominan dan bukannya
negara-negara miskin yang merupakan pemilik dari sumber-sumber tersebut. Oleh
karena itu, negara-negara miskin bakal tertinggal bila dibandingkan dengan
negara-negara kaya dan mereka miskin bukan karena mengabaikan aspek
transformasi ilmu pengetahuan, tetapi kemiskinan lebih dikarenakan dipaksa
memasuki sistem ekonomi internasional. Secara ringkas, teori ketergantungan
mencoba untuk menjelaskan situasi negara negara yang keterbelakangan (underdeveloped)
dengan menganalisis pola-pola interaksi di berbagai negara dan dengan
menjelaskan bahwa ketidak merataan di berbagai negara adalah bagian dari adanya
interaksi tersebut. Pada intinya apa yang dikemukakan oleh Andre Gunder Frank
dengan teori ketergantungannya (1980) menegaskan bahwa underdevelopment adalah
produk kapitalisme dengan mengkaitkan kapitalisme kepada sistem dunia yang
saling berkaitan.
Melalui monopoli dan eksploitasi
bahwa “mewujudnya keterbelakangan” (development of underdevelopment)
adalah proses yang sedang berjalan di Amerika Latin dan masih belum berubah
sejak penaklukan Spanyol dan Portugis pada abad ke-16. Lebih lanjut Andre
Gunder Frank berargumen bahwa ekonomi kapitalis dunia telah menembus Amerika
Latin dengan begitu mendalam sehingga tidak ada bagian benua tersebut yang
tidak “terjajah”. Ia memberikan contoh sektor pertanian di Brazil yang telah
berubah menjadi industri untuk ekspor. Gunder Frank juga merumuskan apa yang
dikenal dengan struktur model satelit-metroplis (a metropolis-satelitte
model) untuk menjelaskan bagaimana mekanisme ketergantungan dan
keterbelakangan Negara-negara Dunia Ketiga mewujud. Hubungan satelit-metropolis
pertama kali lahir di masa kolonial, ketika penjajah membangun kota-kota di
Negara Dunia Ketiga dengan maksud untuk memfasilitasi proses pengambilan
surplus ekonomi untuk negara Barat.
Hubungan metropolis-satelit tidak
hanya pada tingkat hubungan internasional saja, tetapi juga berlaku untuk
memahami hubungan regional dan lokal di dalam Negara Dunia Ketiga. Keseluruhan
rangkaian hubungan metropolis-satelit ini dibangun semata hanya untuk melakukan
pengambilan surplus ekonomi (bahan mentah, tambang, dagangan, laba, dsbnya)
dari kota di pedesaan Dunia Ketiga ke ibukota daerah yang lebih besar, ke kota
propinsi, dan selanjutnya ibukota nasional, dan yang terakhir ke kota-kota di
negara Barat.
Oleh karena itulah bagi Gunder Frank proses
pengambilan surplus ekonomi secara nasional dan global serta terarah inilah
yang menyebabkan keterbelakangan di Negara Dunia Ketiga. Tidak hanya itu, Andre
Gunder Frank juga melihat rantaian hubungan metropolis-satelit ini telah
terbentuk sejak abad ke-16 dan kalaupun ada perubahan hanya dari segi bentuk
eksploitasi dan penguasaan terhadap negara satelit. Olehnya hal ini dinamakan
sebagai satu prinsip kesinambungan di dalam perubahan atau “continuity in
change”. Namun demikian, pada teori Gunder Frank ini ada tiga komponen utama
yang harus diperhatikan, yaitu modal asing, pemerintah lokal di negara-negara
satelit, dan kaum borjuis. Berdasarkan tiga komponen utama ini, ciri-ciri dari
perkembangan kapitalisme satelit adalah ; a) kehidupan ekonomi yang tergantung,
b) terjadinya kerjasama antara modal asing dan kelas-kelas yang berkuasa di
negara-negara satelit, yaitu pejabat pemerintah, tuan tanah dan pedagang, dan
c) ketimpangan antara yang kaya dan miskin.
Singkatnya, bahwa teori dependensi ini adalah penetrasi asing
dan ketergantungan eksternal yang menyebabkan timbulnya distorsi besar-besaran
dalam struktur ekonomi suatu negara yang pada akhirnya nmenimbulkan konflik
sosial dan mendorong timbulnya penindasan negara yang kuat terhadap negara yang
lemah.
Penetrasi ekonomi ini bisa melalui
finansial maupun teknologi, namun dalam perkembangan ekonomi tahap awal, cara
yang paling umum yaitu melalui FDI (Foreign Direct Investment) dan MNC
(Multinational
Coorporation) yang membuka atau menginvestasikan saham nya pada
negara-negara berkembang dan negara dunia ketiga. Dengan masuknya FDI dan MNC
pada suatu negara secara otomatis transfer teknologi pun terjadi berdampingan
dengan aliran finansial. Penetrasi politik dan budaya pun dapat terjadi,
melalui program televisi, buku, majalah, dan film. Hal ini masuk dalam kategori
“westernisasi”.
Di Indonesia sendiri teori
dependensi ini sudah ada sejak jaman Orde Baru (Orba), saat itu ditandai dengan
adanya penetrasi finansial, teknologi dan penetrasi poltik serta budaya.
Melalui penetrasi finansial, teori dependesi masuk dengan liberalisasi sektor
ekonomi yang ditandai dengan masuknya FDI dan MNC yang mulai beroperasi di
Indonesia dan penetrasi politik serta budaya juga telah dimasuki oleh budaya
asing khususnya budaya barat, baik itu melalui film, gaya hidup, bahan bacaan
dan lain-lain.
Sedangkan melalui penetrasi
teknologi dependensi masuk lewat transfer teknologi ke pihak Indonesia, baik
itu dalam perusahaan maupun lembaga-lembaga. contohnya yaitu masalah Mobil
Nasional Indonesia, hal ini dijadikan contoh klasik mengenai kemandirian dan
ketergantungan Indonesia terhadap negara asing yang sudah maju yang juga
merupakan contoh kuatnya pengaruh kapitalisme dunia yang banyak terdapat pada
negara dunia ketiga seperti Indonesia. Melalui PT. timor Putra Nusantara,
Indonesia mendatangkan sedan-sedan buatan KIA Motors, Korea, yang kemudian
dijadikan sebagai merek/brand Timor. Timor bisa dipasarkan dengan harga yang
relatif lebih murah dibanding kendaraan merek lain dikelasnya, karena dibebaskan
dari bea masuk sebagaimana yang dikenakan pada produk-produk impor lainnya
termasuk berbagai komponen kendaraan yang dirakit di Indonesia.
Contoh lain yang paling mencolok
yaitu pada perusahaan minyak Indonesia, yang rela melepaskan kewenangannya mengolah
dalam pengeboran minyak sendiri yang di alihkan kepada hak asing untuk
mengekspolorasi kekayaan Inodnesia. bangsa ini hanya mendapatkan keuntungan
yang jauh dibanding jika mengolahnya sendiri.
Hal itu dijadikan betapa
ketergantungannya Indonesia kepada negara-negara maju terutama dalam hal
finansial yang ditandai dengan masuknya FDI dan MNC yang justru memiliki
kekuasaan lebih besar dibanding Indonesia selaku pemilik “tanah” serta tranfer
teknologi yang di berikan pihak asing. Sebenarnya liberalisasi ekonomi akan
berjalan sekehendak bangsa ini jika bangsa ini dapat mengolahnya dengan benar,
bukannya keberpihakan pemerintah terhadap pihak asing yang berinvestasi di
Indonesia. Dependensi atau ketergantungan Indonesia terhadap negara maju tak
bisa dielakkan begitu saja, hal ini perlu mereformasi sistem dan kebijakan
pemerintah pada sektor ekonomi dan sektor lainnya sehingga ketergantungan
Indonesia terhadapa negara-negara maju dapat diminimalisir dan hasil dari
liberalisasi dapat dirasakan pula oleh masyarakatnya yang masih dalam
“kerangkeng” kemiskinan.
Pemanfaatan
kekayaan alam yang dimiliki Negara Indonesia belum mampu dioptimalkan. Sehingga
Dalam pemanfaatannya, negara Indonesia masih bekerja sama dengan negara maju
dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Kerjasama dalam
mengekploitasi sumber daya alam di Negara Indonesia bisa kita lihat pada
perusahaan Freeport yang berada di Papua. Perusahaan ini adalah perusahaan
pertambangan yang berada di Papua/Irian Jaya, namun dalam eksploitasi
pertambangannya Indonesia bekerjasama dengan Amerika untuk mengelola hasil dari
sumber daya alam tersebut.dalam kenyataannya Amerika lebih mendominasi dalam
urusan pengelolaan pertambangan di perusahaan Freeport, tentu ini akan sangat
menguntungkan bagi pihak Amerika yang lebih dominan dan memiliki sifat monopolistic
terhadap Negara pinggiran (Indonesia) dalam kerja sama mengelola sumber daya
alam. Di sisi lain dengan adanya kerja sama dengan Amerika dalam mengelola sumberdaya
alam dapat merugikan bangsa Indonesia selain adanya ketergantungan terhadap
Negara maju juga menjadikan ekonomi Negara semakin melemah.
Adapun
ketergantungan dan jeratan yang sangat nyata ini, terlihat dari berbagai impor
bahan primer makanan dan energi, minyak dan gas, sehingga penggunaan dan
pemanfaatan APBN tidak efektif dan efisien. Dalam bidang ekonomi, keadilan
ekonomi di pasar modal tidak nampak, dan ini dapat dilihat dari kondisi
saham-saham BUMN yang go public namun rakyat Indonesia tidak merasakan
manfaatnya.
Untuk hasil sumber daya alam ini
pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan karena belum memiliki teknologi
untuk mengolahnya lebih lanjut. Oleh karena itu, Negara Indonesia masih
mengandalkan ekspor dari hasil alam mentah.
Dalam teori dependencia Negara maju
menguasai hubungan ekonomi dan perdagangan di Negara-negara satelit,
sehinggaakan Negara maju dapat terus maju dan meningkatkan hasil produksinya
untuk pembagunan di negaranya, sedangkan bagi Negara satelit akan semakin terbelakang,
Karena hanya berfungsi sebagai penyedia bahan mentah bagi kebutuhan industri di
Negara maju, yang nantinya dijual kembali ke Negara pinggiran dengan harga yang
jauh lebih mahal.
Seperti yang di ungkapkan oleh Andre
Gunder Frank dalam hipotesis yang ketiga bahwa Negara yang terbelakang adalah
Negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat luas dan penghasil ekspor
bahan mentah ke Negara maju atau Negara industri. Negara terbelakang ini bisa
penulis contohkan adalah Negara Indonesia. Posisi Indonesia pada saat ini
adalah negara pengekspor bahan mentah keluar negeri seperti: tambang, gas,
minyak bumi, bahan baku industri (tekstil), bahan mentah sumber daya alam
seperti kayu, hasil produksi pertanian, dan lain sebagainya. Kejadian ini akan
menimbulkan beberapa hal seperti :
1. Ketersediaan bahan baku dan energi di Indonesia
2. 2. idak berkembangnya kemampuan mengolah bahan baku energi dan bahan
baku industri
3.
3. etergantungan dari pasar ekspor
Dari uraikan diatas maka yang perlu
kita ketahui adalah system ekonomi dan perdagangan saat ini terintegrasi dalam
satu institusi atau satu system kapitalisme. Jadi tidak mungkin menilai dengan
melepaskan konteks kapitalisme tersebut. Bagaimana Negara ini bisa berkembang
jika terjadi liberalisasi di pasar dalam negeri, bagaimana bisa berkembang
andaikata pemerintah memenuhi aturan WTO yang mengharuskan mengimpor barang
jadi dan mengekspor bahan mentah, pajak tinggi untuk ekspor sementara harus
menghapuskan pajak untuk serbuan ekspor
barang jadi
luar negri.
A.
HIPOTESA
Penyebab akan ketergantungannya
Indonesia terhadap Negara maju adalah karena dalam pemanfaatan kekayaan alam
yang dimiliki Indonesia, Indonesia belum mampu mengoptimalkannmya. Sehingga
Dalam pemanfaatannya, negara Indonesia masih bekerja sama dengan negara maju
dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimilik.
B.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan cara berfikir strukturalis dengan menggunakan metode kualitatif
yaitu metode penelitian yang mengutamakan data yang berupa pernyataan,
statement yang bersifat kualitatif, bukan kuantitatif untuk dijadikan variabel
pemahaman. Teknik analisisnya secara deskripsi eksplanatoris yaitu menjelaskan
dengan menggambarkan suatu fenomena dengan fakta-fakta yang aktual. Kemudian
memberikan penjelasan yang obyektif menururt data dan fakta yang tersedia,
menghubungkan antar factor sebagai unit analisis, dan menginterpretasikannya
untuk mencapai kesimpulan. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan
data sekunder melalui study pustaka (Library Reaserch) dengan bahan pustaka
seperti buku, jurnal, bulletin, surat kabar, serta media internet untuk
memperoleh data yang lengkap, akurat, actual dan relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Mas’oed, Mohtar. (1990). Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan
Metodologi. Jakarta : LP3ES, Hal. 240-248
Jackson, Robert. and Sorensen, G (2009). Penghantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hal. 260-262.
[Versi Elektronik]. Diakses pada 24 Juni 2013
dari : http://denohervino.multiply.com/journal/item/6/Teori_Dependensia?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem